Ide untuk menulis buku ini datang ketika suatu hari saya membersihkan meja kerja saya, dan menemukan segumpulan nota-nota tulisan tangan SBY yang tersimpan di laci. Presiden SBY sering menulis nota-nota ini dalam rapat Kabinet kepada menteri dan stafnya, umumnya berisi instruksi, klarifikasi, atau meminta dicarikan informasi. Ketika membenahi nota-nota ini, saya langsung sadar bahwa ini bukan arsip biasa: ini adalah sidik jari dari era politik penting yang kelak akan dipelajari di sekolah dan kampus. Dan sidik jari SBY ini ada dimana-mana: dalam berbagai keputusannya, pidatonya, gebrakannya, pikirannya, tindakannya, konflik batinnya-- semua ini adalah jejak-jejak sejarah yang masih segar di depan mata. Dari sinilah timbul gagasan untuk membuat catatan harian untuk merekam peristiwa-peristiwa di Istana.